Selembar kertas yang tak pernah sampai
Oleh Wahyu Handoyo
“Kita udah sampai di supermarket nih, kamu kok tumben sih ngajak aku ke sini” tanya wirda dengan dahi mengkerut
“Kamu tahu tempat buah-buahan dimana?” jawabku mengacuhkan pertanyaan wirda, dengan wajah kesalnya karena aku hiraukan, wirda menarik tanganku ke tempat buah-buahan,
“Ini tempatnya, kamu mau apasih sebenernya?” kata wirda dengan nada tinggi,
“Kamu jangan marah dong, aku kesini cuma mau gombalin kamu, kamu jawab aja anggur ya!, tapi jawabnya sambil senyum oke?” perintahku,
“Kamu pilih apel apa anggur?”
“Umm.. aku pilih anggur deh” jawabnya dengan senyum terpaksa
“Yakin, anggur?, daripada nganggur mending kita ngapel hehe”. Wirdapun tertawa terpaksa mendengar gombalan hambarku.
Setelah melakukan hal terbodoh dalam hidupku yaitu menggombali wirda di supermarket, aku mengajak wirda ke oto bento, restoran khas jepang tak jauh dari supermarket. Sesampainnya di meja makan yang nyaman, pelayan memberikan menunya,
”Kamu mau chicken teriyaki apa katsu?”tanyaku pada wirda, “aku mau kamu aja deh hehe bercanda, aku mau katsu” jawab wirda, “mba katsu 2 ya“ucapku sambil menyerahkan menunya,
Ini adalah hari jadi aku dan wirda jadi aku sudah menyiapkan kado spesial untuknya
”Wirda aku punya sesuatu untukmu” kataku sambil membuka resleting, resleting tas tentunya. “kamu penuh kejutan banget siih”wirda terlihat senang “tapi... kayanya sesuatunya ketinggalan di supermarket pas aku gombalin kamu deh” dengan jantung berdebar aku mengatakannya, dengan menyembunyikan wajah kecewa, wirda berkata
“Haha gapapa kok namanya juga lupa, gausah kamu balik lagi ke sana, aku juga punya sesuatu untukmu, tapi aku kasih di rumahku ya? selesai makan disini anter aku beli pizza dulu buat adikku, maukan?”
“Jangankan anter kamu beli pizza, ke pelaminanpun aku antar” kataku sambil menahan tawa. Wirdapun ikut tertawa.
'Perut kenyang, hatipun senang, kado ketinggalan, badan gemeteran' itulah status yang aku update di medsos sepulang makan bersama wirda
“Mas brazilian pizza 2 ya dibungkus” wirda memesan,
“Toppingnya mau pake keju?” tanya pelayan,
“Pake Mas” jawab wirda,
“ Kejunya mau yang Craft apa Prochiz?”tanya balik pelayan
”Craft deh”balas wirda
“Kejunya potong atau parut?” begitu seterusnya,
itu baru ngomonin topping belum yang lainnya, karena pusing mendengarya, aku keliling melihat tempat sekitar sambil menunggu wirda selesai memesan. 2 jam terlewati kini aku di ruang tamu rumah wirda, ia menyuruhku menunggu di sofa empuk,
“Wirda kamu dimana? Kok lama banget” teriakku
“Sekolah!!!, lah kok sekolah?”
“Banguuuun, sekolahh, kamu udah kesiangan, buruan mandi kalo mau berangkat bareng!”teriak kaka ku membangunkanku. Aku terbangun dari mimpi indahku, sial sekali itu semua hanya mimpi belaka.
Sungguh tepat sekali, pelajaran hari ini yaitu bahasa indonesia dan kebetulan materinya cerita pendek, guruku memberi tugas membuat cerpen, aku ingin menuangkan apa yang semalam ku mimppikan ke dalam cerpenku. Untuk alasan mecari inspirasi guruku mengizinkan untuk membuatnya di luar kelas tapi dengan syarat jam pelajaran selesai harus dikumpulkan, aku dan kawanku deddy mencari inspirasi di kantin, sambil menyelam, minum air, sambil membuat cerpen pesen air ke bibi kantin hehe.
“Di, jadi gini, tadi malem gue mimpiin si wirda cewe yang gue suka itu loh, gw pengen banget nge gebet dia, gimana menurut lo?” tanyaku meminta pendapat
“Menurut gue, di usia 17 tahun kaya kita, pacaran buat apa sih, gue tanya dulu deh ke lo, tujuan lo pengen pacaran apasih?”jawab dedi
“Dari lubuk hati gue yang paling dalam sih ya, ya biar gadibilang jones lah, gue kan ganteng masa jones, kalo lo mah enak jelek, ya wajar kalo jones, hehe bercada di, ya gue pengen melampiaskan rasa cinta gue ke wirda aja di uhuk uhuk”balasku sampai tersedak
“Kata guru geografi gue ada yang lebih dalam daripada lubuk, yaitu palung, dari palung hati gue yang paling dalam, gue juga pernah pengen pacaran, akhirnya nafsu gue takterbendung lagi, yaudah deh gue pacaran, itupun ldr alias pacaran jarak jauh, gue sama dia beda sekolah, rumah jauh, ketemuan paling sebulan 3 atau dua kali, alhamdulillah langgeng, 5 bulan daong hehe, dulu gue itu pacaran biar dianggep gaul lah, ada rasa bangga aja sama diri sendiri, nih gue dong punya pacar ga jones dong, tapi gue sekarang sadar bener-bener ga ada gunanya pacaran, jaman sekarang ini pacaran udah kaya perbuatan mulia, sedangkan dari pandangan agama lo sendiri islam di larang toh pacaran? Karena mendekati zina? Nah malah sebaliknya orang yang menghindari pacaran di bilang jones, jadi jones jaman sekarang ini kaya hina banget di mata dunia”deddy bersabda
Mendengar ucapan deddy yang tajam hatiku terasa teriris samurai, sejenak ku memikirkan ada benarnya juga apa yang deddy katakan
“Gitu ya di?, jadi gue harus gimana nih?”tanyaku bimbang
“Lo mau nge gebet wirda? Yakin? Dia itu ketua rohis loh, dan gue tau banget dia itu kontra sama yang namanya pacaran”lanjut deddy
“Ketua Rohis? Baru tau gue dii, ngomong-ngomong cerpen udah sampe mana nih?”tanyaku heran karena mendengar bel tanda jam berakhir dan aku belum menulis cerpen sepatah katapun
“Minggu lalu buguru kan pernah ngasih tau minggu depan disuruh buat cerpen, makanya kreatif dikit dong kaya gue, udah ngerjain dirumah, hehe tinggal ngumpulin deh”dengan lega dia berata, “Aduhhh.. dii gue harus apa nih?”tanyaku panik
“Lo harus.... bayarin minuman gue!!!”teriaknya sambil kabur ke kelas, sudah jatuh tertimpa mangga pula, tangga maksudku, hari ini hari terburuk sepanjang sejarah hidupku, membayar minuman deddy dimarahi guru pula.
Semalaman suntuk aku membuat surat untuk wirda, kira-kira seperti inilah isinya
Assalamualaikum, Dear Wirda
Wirda, Kau gadis idaman pandang pertama, aku hanya ingin mengungkapkan suatu rasa, apalagi kalau bukan cinta, lihat paras jelitamu membuat hatiku hujan bunga sakura, kita ini remaja, zaman sekarang pacaran sudah membudaya, jadi inilah saatnya, saatnya aku sadar kalau pacaran mendekati zina, ku rantai nafsu tuk raih adinda, mengingat usia belum sepantasnya, kuharap kelak kau dapat menjadi bidadari rumah tangga, bukan soal bila kita tak bersatu di dunia, aku masih mengharapkanmu di surga.
Yang mencintaimu
Wahyu Handoyo
Ini lah surat cintaku untuk wirda yang takpernah kusampaikan padanya.
Comments
Post a Comment