KAMI TAK AKAN MEYERAH
Oleh Yusuf Jaka Laksana
Hampir setiap hari kota kami diserang negara lain yang ingin merebut kekuasaan negara kami. Kami tak pernah tidur agar bisa hidup tenang . Pertempuran perbatasan semakin hari semakin memanas. Semua orang di negara kami adalah saudara kami.Aku salah satu korban dari peperangan itu. Hampir setiap hari aku mendengar jeritan , tangisan , disertai ledakan bom yang begitu mengerikan. Aku terpisah dari keluargaku akibat serangan bom yang menimpa rumah kami. Saat itu aku sedang berada dalam kamar , menangis ketakutan, sedangkan kedua orangtua ku sedang berada di luar rumah. Aku mencoba melompat dari jendela kamarku . aku berlari dari ketakutan.
Semakin hari usiaku semakin bertambah , tapi aku masih saja belum menemukan kedua orangtua ku. Saat usiaku meranjak dewasa aku mulai coba untuk menggenggam senjata menghadapi sebuah pertempuran. Ingin rasanya aku menjadi pahlawan negara ini , tapi melihat tubuhku yang lemah ini membuatku malu untuk melakukannya.
Usai sholat aku mencoba mengunjungi sebuah departeman kesehatan negara. Disitu banyak sekali korban luka akibat ledakan bom. Aku terus memerhatikan satu per stu orang yang aku lihat. Setelah aku mengunjungi pasien – pasien ini semua, ternyata kedua orangtua ku tidak ada. Aku tidak putus asa mencari kedua orangtua ku.
Tubuhku semakin besar dan bersiap untuk menghadapi sebuah pertempuran yang hebat. Aku bergabung dengan pasukan militer untuk menjaga sebuah negara. Peralatan pertempuran sudah lengkap ditubuhku tiba – tiba aku melihat seseorang yang mirip di foto yang aku bawa setiap harinya. Ternyata benar ia adalah bapak ku. Ia mengira aku sudah lenyap akibat ledakan bom itu. Aku sangat senang dapat berkumpul kembali dengan keluargaku. Tapi ibuku tidak ada , karena ia sedang berada di tempat persembunyian negara.
Aku , bapakku , dan semua prajurit negara dibagi tugas untuk menjaga keamanan negara. Untung saja aku dan bapakku ditempatkan bersamaan untuk menjaga wilayah perbatasan. Malam harinya aku mendengar kabar buruk bahwa pasukan yang sedang menjaga masjid , sekolah , dan perumahan warga yang tersisa di pusat kota telah di bom bardir oleh musuh. Rasanya ingin sekali air mata ini turun dari kelopak mataku , tapi aku tidak sempat meneteskannya. Aku bersama pasukan ku tidak akan pernah menyerah menghadapi pertempuran.
Semangat amarah kebencianku terhadap musuh terkobar setelah banyaknya mayat yang bergeletakan di jalanan serta hancurnya bangunan – bangunan penting negara. Wilayah negara kami semakin sempit dikepung musuh. Aku bersama orangtuaku dan pasukanku memberanikan diri dari tempat persembunyian. Kalimat “ALLAHHU AKBAR” terucap keras sambil menggenggam senjata. Keadaan langsung berbanding terbalik setelah aku menggempur musuh di perbatasan. Semua musuh lari mundur setelah kami ambil alih kekuasaan. Api semakin membara pada malam hari tersebut. Aku bersama pasukanku berhasil menyerang musuh dengan sempurna berkat bantuan yang maha kuasa. Malam takbir berubah menjadi pertempuran yang ganas. Hampir semua musuh dibumi hanguskan oleh pasukanku .
Aku sangat berterimakasih dengan pasukanku. Walaupun kakiku tertembak musuh yang membuatku pincang berlumuran darah. Tapi rasa sakit ini lenyap berkat bantuan pasukanku untuk membela negara di jalan Allah. Sekarang aku bersama saudaraku satu negara dapat menikmati suasana hari raya dibalik sebuah bangunan yang hancur lebur. Berkat perjuangan dan semangat membela kebenaran aku bersama pasukanku dapat menggamani negara ini. Aku ingin berkumpul kembali dengan keluarga di negara yang damai tanpa serangan musuh selama bertahun – tahun.
Di kutip berdasarkan fakta kehidupan di negara timur tengah
Comments
Post a Comment