Skip to main content

Langgar Pengajian - Eps. 01


Suatu ketika, ada seorang ustadz yang telah tiba kembali ke tanah air, dari perjalanan haji di mekkah sekaligus menuntut ilmu di sana. Sepulangnya dari sana, beliau membawa bekal pengetahuan dan kepribadian baru, yang dulu belum dimiliki olehnya.
Dengan berbekal ilmu pengetahuan dan kepribadian baru itu, beliau bersiap untuk mendakwahkan apa yang sudah didapatnya di masyarakat sekitar, di tanah air. Setelah beberapa saat berdakwah, ia diberikan amanah oleh orang tuanya, untuk melanjutkannya dalam mengurus sebuah langgar. Dalam bahasa sehari-hari, langgar biasa di sebut juga sebagai mushola atau tempat ibadah bagi umat muslim, tapi ukurannya kecil.

Langgar itu terlihat sangat sederhana. Jika melihat dindingnya, sangatlah sederhana. Dindingnya tak lebih dari lembaran-lembaran bambu yang dirajut menjadi satu. Tiangnya, juga sama. Terbuat dari bambu. Kemudian lantainya, juga terbuat dari anyaman rangkaian kau dan bambu. Bahkan atapnya pun sangat sederhana, terbuat juga dari bahan-bahan alam yang mudah didapatkan. Jika kita malam hari mampir untuk beribadah di langgar tersebut, hidung kita akan menjadi hitam karena asap yang kita hirup dari lampu minyak yang menempel reat di dinding langgar.

Langgar itu sangatlah sederhana, tidak seperti mushola sekarang yang sudah sangat layak, aman, dan nyaman untuk digunakan. Dindingnya sudah kuat, penerangannya sudah menggunakan lampu yang berwatt-watt, bahkan bukan hanya lampu yang bisa memberikan penerangan saja, tapi lampunya juga harus yang bagus, harus lampu gantung yang berkilau-kilau, blink-blink, dan pernak pernik yang selainnya. Namun sayang, itu hanya material yang dipajang. Sebuah intermezo yang cukup menohok bagi saya.

Kembali ke langgar sang ustadz. Di langgar tersebut, sering diadakan pengajian. Objek pengajiannya adalah siapa saja yang mau untuk belajar agama di sana. Ngga ada yang melarang, dan ngga ada yang memaksa. Maka dari itu, yang hadir di langgar itu tidak banyak, bahkan masih bisa dihitung dengan mudah tanpa perlu perkalian dan perhitungan yang rijit, di hitung ala anak TK dengan jari jemari pun sudah bisa diketahui berapa jumlah yang hadir disana. Anak yang hadir disana, terdiri dari latar belakang yang berbeda-beda. Namun, sang ustadz tidaklah mempermasalahkan hal tersebut. Baginya, yang terpenting adalah bisa menyebarkan nilai-nilai keislaman dan nilai kebenaran.

Materi-materi di pengajian tersebut, tidaklah berat. Ringan. Mudah dipahami dan mudah dicerna. Dekat dengan keadaan lingkungan kita sehari-hari.

Salah satu materi yang paling saya sukai dari langgar itu adaah : pembahasan mengenai surat al-ma’un yang diadakan beberapa kali pertemuan. Pada pengajian pertama, ustadznya mengajarkan untuk membaca surat al-maun.

“ayo anak-anak dibuka qurannya... Di buka quran surat Al-Ma’un ya...” kata sang ustadz. Mendengar apa kata ustadznya itu, seluruh siswa langsung mencari surat tersebut. “Eh, sudah ketemu belum?” tanya murid A. “belum nih, yang mana yah? Coba tolong bantuin dong”. Melihat kebingungan muridnya, sang ustadz berkata, “Sudah ketemu belum ? ayo yang belum ketemu suratnya di bantu ya temannya....” Setelah beberapa lama, muridnya menemukan surat tersebut dan siap membacanya. “Sudah semua? Ayo ta’awudz bersama....” Kata sang ustadz, murid-muridnya pun mengikuti untuk membaca ta’awudz bersama.

Setelah membaca quran itu, sang ustadz membimbing anak muridnya untuk membacakan artinya. “ayo, setelah baca arabnya, sekarang baca artinya. “Ayo coba dibaca.” Kata sang ustadz kepada salah satu muridnya. Kemudian muridnya membacakan artinya dari ayat pertama hingga selesai.

Setelah muridnya membacakan ayat tersebut, sang ustadz memberikan bimbingan kepadanya. “Kalau membaca al-quran, kita perlu mengetahui artinya, jangan hanya arabnya saja. Kalau kita baca arabnya saja, kita tidak akan mengerti artinya. Wong kita aja ngga ngerti bahasa arab? Bagaimana kita bisa mengerti bahasa al-quran yang isinya pakai bahasa arab?”. Semua murid terdiam, seolah baru memahami bahwa membaca al-quran itu perlu melihat artinya juga. “Al-quran itu petunjuk. Petunjuk hidup bagi manusia. Alquran itu petunjuk hidup. Yah? Al-quran itu apa? Pe-tun-juk hi-dup” sang ustadz kemudian mengejanya bersama dengan muridnya. “iya, petunjuk hidup. Ibaratkan kita beli HP baru yang belum pernah kita tau cara kerjanya. Gimana cara nelfon kita ngga tau, gimana cara buat kirim SMS, dan yang selainnya. Tapi kita dikasih buku panduannya. Maka cara kita biar tau adalah dengan membaca bukunya.” Kemudian sang ustadz melanjutkan “Nah... di dalam buku itu, ada banyak bahasa. Ada bahasa china, ada bahasa thailand, ada bahasa inggris, bahasa jerman, termasuk bahasa Indonesia. Waktu itu, kondisi kita bisa saja membaca petunjuk yang menggunakan bahasa Inggris, dengan lafadz yang benar-benar fasih, cara membacanya sudah sangat tepat, pronounsiacionnya sudah sangat pas. Ngga kurang, ngga lebih. Tapi masalahnya, kita hanya bisa bacanya saja. Sedangkan artinya kita ngga paham. Lantas waktu itu, maka apa yang kita lakukan?” Para murid masih memperhatikan dengan sangat fokus. Agak tertegun dengan pertanyaan retoris yang diajukan oleh sang ustadz. “Membaca petunjuk dengan bahasa yang kita mengerti. Sekarang Bapak mau tanya, kalau kita hanya baca buku tersebut dalam bahasa inggris tapi kita ngga paham artinya, apakah kita bisa menggunakan HP itu?” “tidaaakkk!!!” Jawab muridnya bersama-sama. “Tidak bisa. Sama halnya seperti alquran, kita juga ngga bisa memahami apa itu petunjuk hidup, kalau kita ngga paham apa arti alquran tersebut. Itu sebabnya mengapa kita perlu membaca artinya juga, bukan hanya arabnya saja.”

“Terus Pak, kita udah baca artinya dalam bahasa Indonesia. Tapi kalo kita ngga paham maksudnya gimana? Apakah kita bisa mengartikan maksudnya sendiri? Sesuai dengan pemahaman kita” salah seorang murid bertanya.

“Pertanyaan yang bagus.” Sang ustadz tersenyum. “mungkin diantara kalian ada yang mau jawab?” tanya ustadz sambil mengayunkan tangannya, menawarkan kepada anak-anak yang ada disana untuk menjawabnya. Anak-anak terdiam, mungkin belum mengetahui apa jawabannya. “Kalau itu, berbeda lagi. Setelah kita membaca artinya. Kalau kita ngga ngerti apa maksud dari perkataan tersebut, kita tetap ngga boleh memahami artinya itu terserah kita. Harus ada caranya. Inget ya... Ada caranya tersendiri. Jadi ngga sembarangan ya. Nah, kalau kalian kan belum bisa mengerti caranya, bisa tanya sama Bapak. Nanti InsyaAllah akan bapak bantu untuk menjelaskan maksudnya. Lalu, satu lagi. Kalau kita sudah memahami maksudnya, kita juga perlu mengeceknya juga, apakah pemahaman kita benar terhadap ayat tersebut ataukah tidak. Jadi biar pemahaman kita itu ngga ngawur. Mengerti?” “mengerti, Pak Ustadz” jawab murid serentak. “Jadi, kalau nanti membaca alquran di rumah, dibaca juga ya artinya, biar ada sedikit mengerti maksudnya tadi ayat yang dibaca apa. Mulai dari surat-surat pendek aja, gausah yang panjang-panjang dulu. Ya anak-anak?” “Iya Pak” “Baik kalau gitu, sebelum kita tutup pengajian hari ini, ada yang mau ditanyakan dulu?” “ada pak, sebentar” seorang murid antusias untuk bertanya. “Kalau kita tadi sudah baca artinya surat al-maun, lantas apa makna dari surat al-maun ini ustadz?”


Sang ustadz tersenyum senang melihat muridnya sangat antusias mengikuti pengajiannya. “Insya Allah kalau itu, akan kita bahas di pertemuan selanjutnya yah. Jadi pertemuan besok harus ikut yah. Biar bisa paham maksudnya ayat tersebut itu apa” Ustadz tersenyum lebar. Murid yang bertanya tadi sedikit kecewa, tapi cenderung semangat untuk mengikuti pertemuan yang selanjutnya. “Sabar ya, hehehe. InsyaAllah minggu depan dibahas. Baik, ada yang lain? Kalau tidak ada, mari kita tutup dengan bacaan doa penutup majelis.” “subhanka allahumma wabihamdika, astaghfiruka, waatubu ilaih

note : cerita diatas hanyalah fiktif belaka, jika ada kebaikan darinya, Saya persilahkan untuk mengambil hikmahnya. Namun jika ada kesalahan darinya, Farhan Mardian sebagai penulis artikel diatas memohon maaf sebesar-besarnya dan silahkan tinggalkan kritik dan saran Anda di bawah, atau langsung menghubungi penulis di email : ms.farhan82[at]gmail.com
Sumber gambar : infotpa.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

Permainan Bola Tangan

Langit Merah

3D Rotational Matrix (Matriks rotasi 3 dimensi) Roll, Pitch, dan Yaw