Sudah lama nih saya tidak mengisi waktu luang saya dihadapan mesin ketik untuk menulis sesuatu, banyak sekali kesibukan dan kewajiban yang harus saya penuhi, yahh....melelahkan tapi tetap tak pernah ada puasnya, meskipun senang dengan kesibukan itu :D.
Hari ini adalah hari yang spesial bagi saya, karena saya sebagai pelajar smk jurusan otomasi industri, dan sebagai blogger 'merasa' kedua hal itu dirayakan pada hari ini. Hari blogger nasional dan hari listrik nasional, hehehe...
"Menulis pada era digital ini memang tidak lagi diperlukan, orang-orang sudah dapat mengetik, untuk bisa menyampaikan pemikirannya"
Saya sebagai penulis buku jurnal saya, jurnal yaaa biar keren jangan diary, dan kontributor di blogoundrium ini merasa jengkel dan miris melihat realitas seperti ini, menulis dikerdilkan jadi tulisan tangan, karena menurut KBBI Menulis itu segala hal yang menghasilkan huruf, angka, dan sebagainya. Melahirkan pola pikir dan perasaan (surat, blogging) hehehe....jadi bener-bener gimana gitu ketika menulis disempitkan jadi tulisan tangan. Haduuuh, Semoga hanya arti dari menulis saja yang di arti sempitkan, bisa jadi apa negeri ini kalau pemuda-pemudinya berfikiran sempit.
Menulis menurut saya itu soal ungkapan hati, ungkapan jiwa dan pemikiran untuk melawan, melawan dari segala tantangan zaman, melawan ketidaktahuan, kelupaan dbs. (dan banyak sekali). ;D dan blog dan jurnal sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi.
Memang Tan Malaka, Pramoedya, Iwan Fals hanyalah seorang penulis, menulis memang sering dipandang sebelah mata, ia lebih sering digunakan dalam hal romantisme cinta dan syair gombalan semata. Tak banyak yang mengerti kalau tulisan adalah senjata, dan tak banyak pula yang memahami kalau pena lebih tajam daripada pedang. Pena dapat menggerakkan banyak orang tanpa paksaan, sementara pedang tidak.
Dengan segala macam karya tulisan, puisi, novel, blogger, dan sebagainya. Sebenarnya dengan itu kita telah ikut andil memperjuangkan hal-hal baik yang harusnya kita perjuangkan. Tentang keadaan masyarakat yang tidak seimbang. Tentang keadilan yang tidak merata. Tentang kemanusiaan yang tidak semestinya. Tentang kesetaraan yang bagaimana seharusnya.
Bahwa dengan tulisan, orang lain mampu memahami dunia luar kehendaknya, memahami pola pikir dan isi hati penulisnya. Dengan tulisan, seorang penulis telah memperpanjang umurnya, mengkekalkan ide-ide dan pemikirannya meskipun penulis telah tinggal nama.
Hari ini adalah hari yang spesial bagi saya, karena saya sebagai pelajar smk jurusan otomasi industri, dan sebagai blogger 'merasa' kedua hal itu dirayakan pada hari ini. Hari blogger nasional dan hari listrik nasional, hehehe...
Menulis
Sedikit cerita, saya ingat ketika saya menonton lomba debat tentang "Kemahiran Membaca dan Menulis sudah tidak diperlukan lagi bagi Siswa SMK" berbagai argumen pro dan kontra pun diberikan, namun ada yang tidak masuk akal, semoga pembaca juga engga berpikiran seperti ini, begini argumennya"Menulis pada era digital ini memang tidak lagi diperlukan, orang-orang sudah dapat mengetik, untuk bisa menyampaikan pemikirannya"
Saya sebagai penulis buku jurnal saya, jurnal yaaa biar keren jangan diary, dan kontributor di blogoundrium ini merasa jengkel dan miris melihat realitas seperti ini, menulis dikerdilkan jadi tulisan tangan, karena menurut KBBI Menulis itu segala hal yang menghasilkan huruf, angka, dan sebagainya. Melahirkan pola pikir dan perasaan (surat, blogging) hehehe....jadi bener-bener gimana gitu ketika menulis disempitkan jadi tulisan tangan. Haduuuh, Semoga hanya arti dari menulis saja yang di arti sempitkan, bisa jadi apa negeri ini kalau pemuda-pemudinya berfikiran sempit.
Menulis menurut saya itu soal ungkapan hati, ungkapan jiwa dan pemikiran untuk melawan, melawan dari segala tantangan zaman, melawan ketidaktahuan, kelupaan dbs. (dan banyak sekali). ;D dan blog dan jurnal sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi.
Blogger
Ada jutaan lebih blogger Indonesia setiap harinya menghadirkan berbagai konten dimulai dari soal kuliner, edukasi, fashion, perikanan, lingkungan, yang bisa kita baca dan terkadang tulisannya dapat memotivasi kita.
Blog nasional ini sebetulnya kaya, dan penulisnya pun bisa dibilang extra-ordinary karena tulisannya yang mampu menggugah suasana, namun semuanya bisa berubah ketika copy paste menyerang, ketika tokoh-tokoh berita hoax beraksi menyebarkan miskonsepsi, provokasi, sampai teman saya pernah berkata begini "darimana tuh sumbernya? blogger ya?, kurang bisa dipercaya."
Sebagai seorang blogger yang awam, terkadang hal-hal semacam tadi membuat kehilangan semangat untuk menulis, tapi jika dihayati kembali, bukankah itu tugas kita untuk membenarkan mereka dari miskonsepsi itu? Sebuah tantangan baru untuk menghadirkan konten yang benar-benar bermanfaat, rasional dan mencerdaskan tokoh share berita hoax. Lebih baik lagi, hasil dari tulisan kita mampu menginspirasi orang untuk menyampaikan ide melalui tulisan, meskipun cuma tutorial untuk masak mie instan.
Memang Tan Malaka, Pramoedya, Iwan Fals hanyalah seorang penulis, menulis memang sering dipandang sebelah mata, ia lebih sering digunakan dalam hal romantisme cinta dan syair gombalan semata. Tak banyak yang mengerti kalau tulisan adalah senjata, dan tak banyak pula yang memahami kalau pena lebih tajam daripada pedang. Pena dapat menggerakkan banyak orang tanpa paksaan, sementara pedang tidak.
Dengan segala macam karya tulisan, puisi, novel, blogger, dan sebagainya. Sebenarnya dengan itu kita telah ikut andil memperjuangkan hal-hal baik yang harusnya kita perjuangkan. Tentang keadaan masyarakat yang tidak seimbang. Tentang keadilan yang tidak merata. Tentang kemanusiaan yang tidak semestinya. Tentang kesetaraan yang bagaimana seharusnya.
Bahwa dengan tulisan, orang lain mampu memahami dunia luar kehendaknya, memahami pola pikir dan isi hati penulisnya. Dengan tulisan, seorang penulis telah memperpanjang umurnya, mengkekalkan ide-ide dan pemikirannya meskipun penulis telah tinggal nama.
Comments
Post a Comment