Banyak dari kita, yang menganggap bahwa doa merupakan mantra. Mantra untuk masuk wc, mantra sebelum makan, “mantra” ketika bepergian. Bukan doa masuk wc, doa mau makan, doa mau bepergian. Eittss, tunggu dulu, maksud dari “mantra” ini adalah sebuah doa khusus pada momen khusus pula. Misalnya, doa makan, hanya digunakan ketika makan saja, ketika digunakan untuk masuk wc, ini menjadi hal yang aneh. Kemudian doa masuk wc, ini hanya digunakan pada saat masuk wc saja, “tidak bisa” digunakan pada saat sebelum makan. Saya pernah mengetahui cerita serupa, cerita tentang seseorang yang menganggap doa makan “tidak bisa” di terapkan pada momen selain mau makan.
Cerita ini
diawali dari seorang anak berusia 10 tahun yang tinggal di salah satu desa
kecil, di Kota Surabaya. Namanya Alif. Alif, adalah salah satu anak yang tergolong
rajin dalam beribadah, khususnya shalat dan mengaji, hampir tidak pernah bolong
dalam melakukan sholat 5 waktu, walau usianya masih 10 tahun.
Wajar saja, karena
sedari kecil dia sudah di didik dan diajarakan untuk mengaji dan sholat ke
masjid. Setiap adzan berkumandang, sang anak dan orang tuanya selalu menuju ke
masjid. Alif hampir tidak pernah telat untuk sholat berjamaah, apa lagi solat
magrib, dia selalu tampil lebih awal. Karena setelah solat magrib, dia belajar
ngaji bersama teman-temannya. Yang pastinya menurut dia ini merupakan hal yang
menyenangkan untuk belajar dan bermain bersama teman-temannya.
Dari pelajaran di masjidnya itu, kemudian alif menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Mau makan, baca doa mau makan yg “Allahumma barik lana... dst”, mau tidur baca doa mau tidur. Begitu terus dalam kesehariannya, sampai suatu saat alif beranjak remaja, dan masuk di sebuah SMA Islam yang cukup modern, disana alif juga tidak pernah meniggalkan kebiasaannya yang sudah dibawa sejak kecil, yakni solat berjamaah. Bahkan Alif selalu mengajak teman sekelasnya untuk solat berjamaah di masjid sekkolah. Kemudian ketika adzan dhuhur berkumandang seperti biasa, alif berangkat solat berjamaah ke masjid dengan temannya. Setelah solat berjamaah, Alif mendengar temannya membaca doa “allahumma bariklana fiima razak tana waqina ‘adzabannar”.
Kemudian si
Alif terkaget dan menanyakan “Loh, kok kamu doa itu?? Emang kamu mau makan??”,
dan temannya menjawab “ngga kok, ini kan saya baru selesai solat. Kamu kok
keheranan gitu saya baca doa??”. “yaa kan yg kamu baca itu doa mau makan” Alif
menjawab.
****
Siapa
yang punya/pernah punya pertanyaan yang sama seperti Alif ??
Jujur saya pernah mengalaminya,
saya bahkan pernah tertawa ketika saya mendengar teman saya sedang menyampaikan
materi kajian dan kemudian berdoa “Allahumma inni a’udzubika minal hubutsi wal
khobaitsi” (doa mau masuk WC). Pada saat itu teman saya bertanya “loh, kenapa kok
ketawa?? Emang kenapa kalo saya berdoa dengan lafdz doa begitu??”. Kemudian audience
(termasuk saya) menjawab “kan (itu) doa mau masuk WC”. Kemudian teman saya
menjelaskan mengapa kita tertawa mendengar doa tsb. dan dia mengatakan bahwa kita
sudah mengotakki doa, kita sudah menjadikan doa sebagai sebuah “mantra” yang
hanya diucapkan ketika momen tertentu saja.
Kemudian setelah saya pikirkan
kembali, bener juga apa yang teman saya katakan itu. Kan arti dari doa tsb
adalah “Ya Allah lindungilah aku dari jin laki-laki dan jin perempuan”. Pada saat
itu saya jadi berbicara dengan diri saya sendiri “oh iya yah, emang masalahnya
apa kalo kita meminta perlindungan kpd Allah dari jin laki-laki dan jin perempuan
tanpa masuk kedalam WC?? Kan emang setiap hari dan setiap saat kita butuh
perlindungan dari Allah”. Kemudian saya menggunakan prinsip ini dalam doa makan, doa
makan kan artinya “ya allah berkanlah keberkahan kepada rizki kami, dan
lindungilah kami dari adzab neraka” dan doa ini juga saya rasa bukan merupakan
sebuah masalah ketika di terapkan dalam doa keseharian kita.
Lantas, bolehkah kita berdoa
dengan lafadz (bacaan) doa makan ketika hujan?? Ketika setelah solat?? Ketika mendapatkan
kesempatan untuk menghirup udara segar?? Atau hanya pada saat ingin makan
saja??
Bolehkah kita berdoa dengan
lafadz doa mau masuk WC ketika bepergian?? Ketika setelah solat?? Atau hanya
ketika kita inign masuk WC saja. Di jawab sendiri yaa...
Mudah-mudahan pembahasan ini bisa bermanfaat bagi teman-teman pembaca, sekaligus bisa menjadi bahan untuk saling bertukar pikiran. Tentunya ilmu saya sangatlah sedikit, dan yang sudah pasti yang lebih mengetahui mengenai segala hal ialah Allah swt. Semoga kita diberikan ilmu pengetahuan yang bisa bermanfaaat bagi banyak orang.
Kalau ada kata-kata atau hal-hal yang salah, mohon dimaafkan. Saya senantiasa menuggu kritik yang membangun dari sobat bloggers yang baik hati. Karena umar bin khattab r.a. pun pernah mengatakan “orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku”.
if u have a comment or a critic about this article, please leave a comment below.
Terimakasih, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Mudah-mudahan pembahasan ini bisa bermanfaat bagi teman-teman pembaca, sekaligus bisa menjadi bahan untuk saling bertukar pikiran. Tentunya ilmu saya sangatlah sedikit, dan yang sudah pasti yang lebih mengetahui mengenai segala hal ialah Allah swt. Semoga kita diberikan ilmu pengetahuan yang bisa bermanfaaat bagi banyak orang.
Kalau ada kata-kata atau hal-hal yang salah, mohon dimaafkan. Saya senantiasa menuggu kritik yang membangun dari sobat bloggers yang baik hati. Karena umar bin khattab r.a. pun pernah mengatakan “orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku”.
if u have a comment or a critic about this article, please leave a comment below.
Terimakasih, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Note : cerita diatas merupakan cerita fiktif yang ditujukan untuk bisa mengambil hikmah dari kedua cerita tersebut. Jika ada nama, kesamaan sifat, dll, mohon untuk lebih di hayati kembali, apakah kita melakukan hal tsb atau tidak. Think again!!
Comments
Post a Comment