Skip to main content

Ini Doa, Jangan Disamakan Dengan Mantra!!





Banyak dari kita, yang menganggap bahwa doa merupakan mantra. Mantra untuk masuk wc, mantra sebelum makan, “mantra” ketika bepergian. Bukan doa masuk wc, doa mau makan, doa mau bepergian. Eittss, tunggu dulu, maksud dari “mantra” ini adalah sebuah doa khusus pada momen khusus pula. Misalnya, doa makan, hanya digunakan ketika makan saja, ketika digunakan untuk masuk wc, ini menjadi hal yang aneh. Kemudian doa masuk wc, ini hanya digunakan pada saat masuk wc saja, “tidak bisa” digunakan pada saat sebelum makan. Saya pernah mengetahui cerita serupa, cerita tentang seseorang yang menganggap doa makan “tidak bisa” di terapkan pada momen selain mau makan.
Cerita ini diawali dari seorang anak berusia 10 tahun yang tinggal di salah satu desa kecil, di Kota Surabaya. Namanya Alif. Alif, adalah salah satu anak yang tergolong rajin dalam beribadah, khususnya shalat dan mengaji, hampir tidak pernah bolong dalam melakukan sholat 5 waktu, walau usianya masih 10 tahun.
Wajar saja, karena sedari kecil dia sudah di didik dan diajarakan untuk mengaji dan sholat ke masjid. Setiap adzan berkumandang, sang anak dan orang tuanya selalu menuju ke masjid. Alif hampir tidak pernah telat untuk sholat berjamaah, apa lagi solat magrib, dia selalu tampil lebih awal. Karena setelah solat magrib, dia belajar ngaji bersama teman-temannya. Yang pastinya menurut dia ini merupakan hal yang menyenangkan untuk belajar dan bermain bersama teman-temannya.
Setelah solat magrib selesai dilakukan, alif mulai belajar mengaji. Disana alif tidak hanya belajar ngaji saja, tapi diajarkan juga doa-doa sehari-hari. Alif juga sudah hafal beberapa doa sehari-hari, termasuk doa makan, doa bangun tidur, doa mau tidur, yaaa seperti halnya anak-anak yang belajar di TPA gitu.
Dari pelajaran di masjidnya itu, kemudian alif menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Mau makan, baca doa mau makan yg “Allahumma barik lana... dst”, mau tidur baca doa mau tidur. Begitu terus dalam kesehariannya, sampai suatu saat alif beranjak remaja, dan masuk di sebuah SMA Islam yang cukup modern, disana alif juga tidak pernah meniggalkan kebiasaannya yang sudah dibawa sejak kecil, yakni solat berjamaah. Bahkan Alif selalu mengajak teman sekelasnya untuk solat berjamaah di masjid sekkolah. Kemudian ketika adzan dhuhur berkumandang seperti biasa, alif berangkat solat berjamaah ke masjid dengan temannya. Setelah solat berjamaah, Alif mendengar temannya membaca doa “allahumma bariklana fiima razak tana waqina ‘adzabannar”.
Kemudian si Alif terkaget dan menanyakan “Loh, kok kamu doa itu?? Emang kamu mau makan??”, dan temannya menjawab “ngga kok, ini kan saya baru selesai solat. Kamu kok keheranan gitu saya baca doa??”. “yaa kan yg kamu baca itu doa mau makan” Alif menjawab.

****
Siapa yang punya/pernah punya pertanyaan yang sama seperti Alif ??

Jujur saya pernah mengalaminya, saya bahkan pernah tertawa ketika saya mendengar teman saya sedang menyampaikan materi kajian dan kemudian berdoa “Allahumma inni a’udzubika minal hubutsi wal khobaitsi” (doa mau masuk WC). Pada saat itu teman saya bertanya “loh, kenapa kok ketawa?? Emang kenapa kalo saya berdoa dengan lafdz doa begitu??”. Kemudian audience (termasuk saya) menjawab “kan (itu) doa mau masuk WC”. Kemudian teman saya menjelaskan mengapa kita tertawa mendengar doa tsb. dan dia mengatakan bahwa kita sudah mengotakki doa, kita sudah menjadikan doa sebagai sebuah “mantra” yang hanya diucapkan ketika momen tertentu saja.


Kemudian setelah saya pikirkan kembali, bener juga apa yang teman saya katakan itu. Kan arti dari doa tsb adalah “Ya Allah lindungilah aku dari jin laki-laki dan jin perempuan”. Pada saat itu saya jadi berbicara dengan diri saya sendiri “oh iya yah, emang masalahnya apa kalo kita meminta perlindungan kpd Allah dari jin laki-laki dan jin perempuan tanpa masuk kedalam WC?? Kan emang setiap hari dan setiap saat kita butuh perlindungan dari Allah”. Kemudian saya menggunakan prinsip ini dalam doa makan, doa makan kan artinya “ya allah berkanlah keberkahan kepada rizki kami, dan lindungilah kami dari adzab neraka” dan doa ini juga saya rasa bukan merupakan sebuah masalah ketika di terapkan dalam doa keseharian kita.

Lantas, bolehkah kita berdoa dengan lafadz (bacaan) doa makan ketika hujan?? Ketika setelah solat?? Ketika mendapatkan kesempatan untuk menghirup udara segar?? Atau hanya pada saat ingin makan saja??
Bolehkah kita berdoa dengan lafadz doa mau masuk WC ketika bepergian?? Ketika setelah solat?? Atau hanya ketika kita inign masuk WC saja. Di jawab sendiri yaa...

Mudah-mudahan pembahasan ini bisa bermanfaat bagi teman-teman pembaca, sekaligus bisa menjadi bahan untuk saling bertukar pikiran. Tentunya ilmu saya sangatlah sedikit, dan yang sudah pasti yang lebih mengetahui mengenai segala hal ialah Allah swt. Semoga kita diberikan ilmu pengetahuan yang  bisa bermanfaaat bagi banyak orang.
Kalau ada kata-kata atau hal-hal yang salah, mohon dimaafkan. Saya senantiasa menuggu kritik yang membangun dari sobat bloggers yang baik hati. Karena umar bin khattab r.a. pun pernah mengatakan “orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku”.

if u have a comment or a critic about this article, please leave a comment below.

Terimakasih, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Note : cerita diatas merupakan cerita fiktif yang ditujukan untuk bisa mengambil hikmah dari kedua cerita tersebut. Jika ada nama, kesamaan sifat, dll, mohon untuk lebih di hayati kembali, apakah kita melakukan hal tsb atau tidak. Think again!!

Comments

Popular posts from this blog

Permainan Bola Tangan

Tau ngga sih?? Apa nama alat ukur jarak tempuh pada kendaraan bermotor?

3D Rotational Matrix (Matriks rotasi 3 dimensi) Roll, Pitch, dan Yaw